News Makale — Pemerintah terus mempercepat program pemerataan akses listrik di seluruh pelosok Indonesia. Hingga akhir tahun 2025, sebanyak 1.285 desa ditargetkan akan teraliri listrik, termasuk desa-desa terpencil di wilayah Sulawesi Selatan. Dari jumlah tersebut, Tana Toraja tercatat masih memiliki tiga desa yang belum menikmati aliran listrik secara penuh.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) bersama PT PLN (Persero) kini tengah mempercepat pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan, terutama di daerah dengan topografi sulit dan akses transportasi terbatas. Program ini merupakan bagian dari komitmen nasional untuk mencapai rasio elektrifikasi 100 persen di seluruh Indonesia.
Baca Juga : KPK: Tana Toraja Dapat Rapor Merah, Toraja Utara Zona Kuning
“Kami menargetkan seluruh desa di Indonesia bisa menikmati listrik paling lambat akhir tahun ini. Tantangannya memang besar di wilayah pegunungan seperti Tana Toraja, tapi kami terus berupaya,” ujar Direktur Jenderal Ketenagalistrikan ESDM, Jisman Hutajulu, Sabtu (18/10/2025).
Desa Terpencil Jadi Fokus Utama Pemerintah
Berdasarkan data PLN Unit Induk Wilayah Sulselrabar, tiga desa di Kabupaten Tana Toraja yang belum teraliri listrik berada di kawasan pegunungan dan sulit dijangkau kendaraan roda empat.
Lokasi tersebut memerlukan pembangunan jaringan baru sepanjang lebih dari 20 kilometer serta penambahan gardu distribusi.
“Kami telah menurunkan tim survei untuk menentukan jalur jaringan dan memastikan kebutuhan teknis di lapangan. Beberapa desa yang belum teraliri listrik akan kami pasok melalui sistem hybrid dan panel surya,” jelas Manager PLN UP3 Palopo, Andi Rahman.
Selain Tana Toraja, program listrik desa juga menyasar sejumlah wilayah di Sulawesi Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Papua, di mana tingkat elektrifikasi masih di bawah 90 persen.
Dampak Ekonomi dan Sosial dari Akses Listrik
Pemerintah menilai pemerataan listrik bukan sekadar proyek infrastruktur, tetapi juga upaya meningkatkan kualitas hidup dan ekonomi masyarakat desa. Dengan adanya listrik, aktivitas ekonomi seperti usaha kecil, pengolahan hasil pertanian, serta sektor pendidikan dan kesehatan dapat berkembang pesat.
“Begitu listrik masuk desa, biasanya tumbuh warung, usaha penggilingan, hingga kegiatan belajar anak-anak bisa lebih lama. Ini dampak nyata dari kehadiran listrik,” tutur Jisman.
Di beberapa wilayah, PLN juga menggandeng BUMDes dan pemerintah daerah untuk mengelola energi berbasis komunitas, seperti PLTS komunal dan mikrohidro, agar lebih efisien dan berkelanjutan.
Pemerintah Dorong Kolaborasi dan Inovasi Energi Terbarukan
Untuk mempercepat target elektrifikasi, pemerintah membuka peluang bagi sektor swasta dan lembaga donor untuk berinvestasi dalam energi baru dan terbarukan (EBT), khususnya di daerah pedesaan.
Melalui skema Kemitraan Pemerintah dan Swasta (KPS), sejumlah proyek PLTS dan biomassa tengah disiapkan di kawasan timur Indonesia.
“Kita ingin tidak hanya menyalakan listrik, tapi juga menyalakan harapan baru bagi warga desa. Setiap watt yang tersambung berarti peningkatan kualitas hidup,” tambah Jisman.
Dengan target ambisius 1.285 desa hingga Desember 2025. PLN memastikan seluruh sumber daya siap dikerahkan untuk menuntaskan proyek listrik desa ini.
Harapan Warga Tana Toraja
Warga dari salah satu desa yang belum teraliri listrik di Tana Toraja menyambut baik upaya pemerintah tersebut.
“Selama ini kami masih menggunakan genset bersama. Kalau listrik PLN masuk, kami bisa buka usaha kecil dan anak-anak bisa belajar lebih nyaman,” kata Maria Langi, warga setempat.
Masyarakat berharap pembangunan jaringan listrik segera terealisasi agar tidak ada lagi kesenjangan energi di daerah pegunungan.